Sabtu, 04 Juni 2016

institut transvaluasi mas Ulil

Hebohnya Kehadiran Mas Ulil
Ulil Abshar Abdalla atau  yang  biasa disapa mas Ulil adalah salah seorang tokoh ternama Indonesia yang penuh kontroversional di kalangan banyak orang. Sebagian menganggapnya kafir karena ia salah satu anggota Jaringan Islam Liberal yang sebelumnya juga pernah aktif dalam organisasi Islam Nahdlatul Ulama. Selain itu, pemikirannya yang tak terbatas sehingga banyak yang beranggapan bahwa dia orang radikal. Tetapi itu semua hanyalah sebuah anggapan, salah dan benarnya seseorang hanya mutlak Tuhan yang mengetahui.
Sebuah kontroversi terjadi pula ketika Ulil akan diundang dalam ceramah ilmiah di kampus IAIN Tulungagung. Banyak pihak luar yang menghujat habis-habisan lewat sosial media ataupun omongan belaka. Padahal ceramah ilmiah tidak dilihat dari sudut pandang ketauhidan seseorang, melainkan dari segi keilmuannya. Akan tetapi banyak orang yang kurang paham terhadap hal tersebut dan memandangnya dari satu sisi, sehingga terjadi kontra terhadap undangan tersebut. Kampus adalah dunia intelektual, sehingga tidak ada salahnya mengundang tokoh siapa pun dalam berbagaia cara sebagai penambah wawasan keilmuan.
Tepat hari Rabu 25 Mei 2016, mas Ulil hadir di tengah-tengah mahasiswa IAIN Tulungagung untuk menyampaikan ceramah  agama Institut Transvaluasi yang bertempat di aula utama. Acara tersebut merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh jurusan Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin,  Adab dan Dakwah sejak dari satu tahun lalu. Tema yang diusung kali ini yakni Islam Jawa di dalam arus Islam Transnasional.
Ceramah agama kali ini berjalan dengan sangat baik dan berbeda dari acara-acara sebelumnya. Pada awalnya acara ini dicemaskan tidak dapat dilaksanakan sesuai yang direncanakan. Akan tetapi kehadiran mas Ulil justru malah mendapat apresiasi yang luar biasa dari mahasiswa, dosen maupun dari pihak luar yang ikut berpartisipasi. Aula utama IAIN Tulungagung yang biasanya tidak penuh oleh peserta ketika ada acara, kini justru malah membeludak sampai di luar ruangan. Hal ini memang tidak seperti apa yang dibayangkan sebelumnya dan menjadi kebanggaan tersendiri.
Acara yang dimulai pada pukul 9 tersebut berjalan penuh khidmat. Diawali doa sebagai pembuka acara, sambutan rektor yang menggelakkan tawa, ceramah mas Ulil, sesi tanya jawab oleh peserta, dan diakhiri penutup. Antusiasme peserta terhadap ceramah ini sungguh luar biasa. Semua peserta mendengarkannya dengan saksama dan tidak banyak peserta yang membuat forum sendiri. Begitu pula dengan mas Ulil yang menyampaikan materi dengan cermat dan begitu menarik.      Semua ia jelaskan segamblang mungkin sehingga mudah dipahami dan mengesankan.
Mengenai tema yang telah disuguhkan, rupanya materi tersebut salah satu bidang yang dikuasai oleh mas Ulil. Ia menyampaikan materi dengan mengutip salah satu buku pengarang Australia M.C. Riclaf yang berjudul mengIslamkan Jawa. Kehidupan Islam di Jawa dijelaskan secara runtut. Mulai dari sejarah masuknya Islam di tanah Jawa yang dibawa oleh para wali hingga masa reformasi sekarang ini. Seiring perkembangan zaman, Islam Jawa atau yang biasa disebut aliran kepercayaan semakin memudar diawali dengan masuknya budaya Islam dari Arab (Islam Transnasional). Di mana ajaran Islam Jawa berbeda dengan Islam Arab. Dalam Islam Jawa seseorang diajarkan terlebih dahulu mengenai haqiqat, thariqat, dan syari’at oleh para wali, tetapi Islam Arab justru kebalikannya yakni syari’at, thariqat, dan haqiqat. Selain agama Islam Arab, ada beberapa agama lain yang juga lebih mendominasi dari Islam Jawa dan diakui keberadaannya oleh negara. Hal tersebut terjadi karena agama yang diakui telah terstruktur organisasinya, sedangkan Islam Jawa tidak mempunyai organisasi yang terstruktur sebab mereka lebih mengutamakan hal mengenai kebathinan.Selainitu, maraknya kapitalisme di zaman modern ini juga menyebabkan Islam Jawa(aliran kepercayaan) semakin punah.
Tugas berat bagi orang Islam Jawa untuk bias membangkitkan kembali kejayaannya seperti awal masuknya Islam di Jawa seperti dulu. Mengenai permasalahan tersebut, ada organisasi Islam besar di Indonesia (NahdlatulUlama) yang mulai menggagas sebuah konsep untuk mengembalikan Islam pada era awal masuk dengan tema Islam Nusantara. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat menyadari bahwa Islam di Indonesia khususnya di Jawa ini bukanlah Islam di Arab. Mereka mempunyai budaya Islam tersendiri yang khas. Salah satunya asimilasi dan akulturasi budaya antara Islam dan Hindhu yang sudah menjadi keyakinan sebelum masuknya Islam. Hal itu ditanggapi mas Ulil dengan santai dan penuh guyonan. ”Untuk mengembalikan Islam pada era awal masuk di Jawa dengan mudah, maka alangkah baiknya kalau orang Islam Jawa berkolaborasi dengan orang Islam NU karena mereka mempunyai satu visi yang sama”, begitu ujarnya.
Usai ceramah yang ia sampaikan selesai, dibukalah sesi tanya jawab yang dipandu oleh pak Akhol Firdaus selaku Direktur Institut Transvaluasi. Sesi yang pertama, dibuka empat kesempatan penanya bagi peserta. Kemudian mas Ulil naik ke podium lagi untuk menjawab pertanyaan tersebut, karena ia lebih suka menyampaikannya dengan berdiri dari pada duduk. Sesudah menjelaskan panjang lebar jawaban ataspertanyaan-pertanyaan yang disuguhkan, mas Ulil kembali duduk di kursi depan podium yang telah disediakan. Berhubung waktu acara masih tersisa, maka dibuka kembali sesi pertanyaan yang kedua oleh pak Akhol dengan kesempatan tiga penanya. Setelah itu, mas Ulil naik lagi ke podium dengan guyonan “Kalau biasanya khutbah Jumat saja naik ke mimbar dua kali, ini bahkan sampai tiga kali”. Semua peserta tertawa mendengarkannya.

Akhirnya seluruh rangkaian acara telah usai dan kemudian peserta meninggalkan aula. Tetapi tidak semua langsung meninggalkan tempat tersebut, bahkan sebagian ingin langsung foto bersama terlebih dahulu dengan mas Ulil. Kehadiran mas Ulil yang semula dikhawatirkan mendapat kecaman dari pihak luar kampus, justru malah mendapat keroyokan dari peserta untuk diajak selfi bersama. Kehadiran mas Ulil kali pertama di Tulungagung ini memang sangat menghebohkan, sebab di satu sisi ada cemoohan di sisi lain justru apresiasinya luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar