Hebohnya Kehadiran Mas Ulil
Ulil Abshar Abdalla atau yang biasa disapa mas Ulil adalah salah seorang tokoh
ternama Indonesia yang penuh kontroversional di kalangan banyak orang. Sebagian
menganggapnya kafir karena ia salah satu anggota Jaringan Islam Liberal yang
sebelumnya juga pernah aktif dalam organisasi Islam Nahdlatul Ulama. Selain itu,
pemikirannya yang tak terbatas sehingga banyak yang beranggapan bahwa dia orang
radikal. Tetapi itu semua hanyalah sebuah anggapan, salah dan benarnya seseorang
hanya mutlak Tuhan yang mengetahui.
Sebuah kontroversi terjadi pula ketika Ulil akan diundang dalam ceramah
ilmiah di kampus IAIN Tulungagung. Banyak pihak luar yang menghujat habis-habisan
lewat sosial media ataupun omongan belaka. Padahal ceramah ilmiah tidak dilihat
dari sudut pandang ketauhidan seseorang, melainkan dari segi keilmuannya. Akan
tetapi banyak orang yang kurang paham terhadap hal tersebut dan memandangnya dari
satu sisi, sehingga terjadi kontra terhadap undangan tersebut. Kampus adalah dunia
intelektual, sehingga tidak ada salahnya mengundang tokoh siapa pun dalam berbagaia
cara sebagai penambah wawasan keilmuan.
Tepat hari Rabu 25 Mei 2016, mas Ulil hadir di tengah-tengah mahasiswa
IAIN Tulungagung untuk menyampaikan ceramah agama Institut Transvaluasi yang bertempat di
aula utama. Acara tersebut merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh jurusan
Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin, Adab
dan Dakwah sejak dari satu tahun lalu. Tema yang diusung kali ini yakni Islam
Jawa di dalam arus Islam Transnasional.
Ceramah agama kali ini berjalan dengan sangat baik dan berbeda dari
acara-acara sebelumnya. Pada awalnya acara ini dicemaskan tidak dapat dilaksanakan
sesuai yang direncanakan. Akan tetapi kehadiran mas Ulil justru malah mendapat apresiasi
yang luar biasa dari mahasiswa, dosen maupun dari pihak luar yang ikut berpartisipasi.
Aula utama IAIN Tulungagung yang biasanya tidak penuh oleh peserta ketika ada
acara, kini justru malah membeludak sampai di luar ruangan. Hal ini memang tidak
seperti apa yang dibayangkan sebelumnya dan menjadi kebanggaan tersendiri.
Acara yang dimulai pada pukul 9 tersebut berjalan penuh khidmat.
Diawali doa sebagai pembuka acara, sambutan rektor yang menggelakkan tawa,
ceramah mas Ulil, sesi tanya jawab oleh peserta, dan diakhiri penutup.
Antusiasme peserta terhadap ceramah ini sungguh luar biasa. Semua peserta mendengarkannya
dengan saksama dan tidak banyak peserta yang membuat forum sendiri. Begitu pula
dengan mas Ulil yang menyampaikan materi dengan cermat dan begitu menarik. Semua
ia jelaskan segamblang mungkin sehingga mudah dipahami dan mengesankan.
Mengenai tema yang telah disuguhkan, rupanya materi tersebut salah satu
bidang yang dikuasai oleh mas Ulil. Ia menyampaikan materi dengan mengutip salah
satu buku pengarang Australia M.C. Riclaf yang berjudul mengIslamkan Jawa. Kehidupan
Islam di Jawa dijelaskan secara runtut. Mulai dari sejarah masuknya Islam di
tanah Jawa yang dibawa oleh para wali hingga masa reformasi sekarang ini.
Seiring perkembangan zaman, Islam Jawa atau yang biasa disebut aliran kepercayaan
semakin memudar diawali dengan masuknya budaya Islam dari Arab (Islam
Transnasional). Di mana ajaran Islam Jawa berbeda dengan Islam Arab. Dalam
Islam Jawa seseorang diajarkan terlebih dahulu mengenai haqiqat, thariqat, dan syari’at
oleh para wali, tetapi Islam Arab justru kebalikannya yakni syari’at, thariqat,
dan haqiqat. Selain agama Islam Arab, ada beberapa agama lain yang juga lebih mendominasi
dari Islam Jawa dan diakui keberadaannya oleh negara. Hal tersebut terjadi karena
agama yang diakui telah terstruktur organisasinya, sedangkan Islam Jawa tidak mempunyai
organisasi yang terstruktur sebab mereka lebih mengutamakan hal mengenai kebathinan.Selainitu,
maraknya kapitalisme di zaman modern ini juga menyebabkan Islam Jawa(aliran kepercayaan)
semakin punah.
Tugas berat bagi orang Islam Jawa untuk bias membangkitkan kembali kejayaannya
seperti awal masuknya Islam di Jawa seperti dulu. Mengenai permasalahan tersebut,
ada organisasi Islam besar di Indonesia (NahdlatulUlama) yang mulai menggagas sebuah
konsep untuk mengembalikan Islam pada era awal masuk dengan tema Islam Nusantara.
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat menyadari bahwa Islam di Indonesia khususnya
di Jawa ini bukanlah Islam di Arab. Mereka mempunyai budaya Islam tersendiri
yang khas. Salah satunya asimilasi dan akulturasi budaya antara Islam dan Hindhu
yang sudah menjadi keyakinan sebelum masuknya Islam. Hal itu ditanggapi mas
Ulil dengan santai dan penuh guyonan. ”Untuk mengembalikan Islam pada era awal masuk
di Jawa dengan mudah, maka alangkah baiknya kalau orang Islam Jawa berkolaborasi
dengan orang Islam NU karena mereka mempunyai satu visi yang sama”, begitu ujarnya.
Usai ceramah yang ia sampaikan selesai, dibukalah sesi tanya jawab
yang dipandu oleh pak Akhol Firdaus selaku Direktur Institut Transvaluasi. Sesi
yang pertama, dibuka empat kesempatan penanya bagi peserta. Kemudian mas Ulil naik
ke podium lagi untuk menjawab pertanyaan tersebut, karena ia lebih suka menyampaikannya
dengan berdiri dari pada duduk. Sesudah menjelaskan panjang lebar jawaban ataspertanyaan-pertanyaan
yang disuguhkan, mas Ulil kembali duduk di kursi depan podium yang telah disediakan.
Berhubung waktu acara masih tersisa, maka dibuka kembali sesi pertanyaan yang
kedua oleh pak Akhol dengan kesempatan tiga penanya. Setelah itu, mas Ulil naik
lagi ke podium dengan guyonan “Kalau biasanya khutbah Jumat saja naik ke mimbar
dua kali, ini bahkan sampai tiga kali”. Semua peserta tertawa mendengarkannya.
Akhirnya seluruh rangkaian acara telah usai dan kemudian peserta meninggalkan
aula. Tetapi tidak semua langsung meninggalkan tempat tersebut, bahkan sebagian
ingin langsung foto bersama terlebih dahulu dengan mas Ulil. Kehadiran mas Ulil
yang semula dikhawatirkan mendapat kecaman dari pihak luar kampus, justru malah
mendapat keroyokan dari peserta untuk diajak selfi bersama.
Kehadiran mas Ulil kali pertama di Tulungagung ini memang sangat menghebohkan,
sebab di satu sisi ada cemoohan di sisi lain justru apresiasinya luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar