Selasa, 03 Mei 2016

resensi buku

Pendobrak Kehidupan Perempuan


Judul Buku                  :   Dunia Padmini
Penulis                         :   Trie Utami
Penerbit                       :   Pustaka Sastra (Kelompok Penerbit LKiS), Yogyakarta
Cetakan                       :   I, 2010
Jumlah Halaman          :   254
Peresensi                     :   Mutmainatul Mundiroh      

Dunia Padmini, sebuah karya sastra karangan penulis perempuan yang hidupnya diabdikan untuk kesenian, Trie Utami. Karyanya kali ini mengangkat tema tentang kehidupan perempuan yang dinilainya sangat penting untuk diperbaiki. Sebab banyak perempuan di luar sana yang masih saja menjadi korban kekerasan laki-laki dan tidak dapat mengatasi kelemahan yang membelenggu dalam dirinya sendiri. Perempuan banyak dianggap sebagai objek (barang), dipandang sebelah mata, manusia lemah, dan lain sebagainya. Padahal sejatinya perempuan juga mempunyai kualitas diri yang tidak kalah hebatnya dengan laki-laki. Akan tetapi, mereka tidak pernah sadar mengenai hal itu karena banyaknya dogma yang mengikat dirinya. Mereka menerimanya tanpa berfikir lebih, sehingga banyak dari mereka yang tidak dapat menggali potensi diri dan terkungkung dalam keyakinannya terhadap dogma tersebut.
Dalam buku ini, si penulis mengemas berbagai macam permasalahan perempuan Indonesia yang nyata dan ada di sekitar kita. Dia menulis berdasarkan pemikiran dalam dirinya dan pengalaman yang ia alami selama bertahun-tahun. Harapan besar baginya agar setiap perempuan Indonesia sadar dan terbebas dari segala macam kungkungan yang sudah lama menikam. Kemudian mereka dapat menggali potensi diri dengan sebaik mungkin, sehingga dapat merdeka dari segala bentuk ketertindasan.
Padmini merupakan ekspresi dari suara hati perempuan yang memiliki kecerdasan dan kepekaan dalam membaca realitas. Melalui pengembaraan jiwa yang liar, Padmini berhasil mengubah penderitaan menjadi harapan, tekanan menjadi tantangan, dan kelemahan menjadi kekuatan. Akan tetapi dia tidak kehilangan objektivitas dalam mengekspresikan subjektivitas. Artinya, Padmini tidak terjebak dalam sikap egois dan narsis dalam melakukan pembelaan terhadap nasib perempuan yang tertindas. Dia tidak menyalahkan semua pihak dan menutup mata terhadap kenyataan sehingga memutlakkan kebenaran kepada pihak perempuan. Justru ia juga mengungkapkan sisi kelemahan dari perempuan yang berasal dari dirinya sendiri dan memberikan instropeksi terhadap setiap realitas yang terjadi. Kekalahan perempuan bukan semata-mata karena tekanan tradisi yang telah berabad-abad, melainkan juga karena kelemahan perempuan itu sendiri yang tidak mau melawan berbagai belenggu yang menghimpitnya. Sebaliknya, perempuan justru menerima nasib dan menganggap apa yang terjadi pada dirinya adalah bagian dari takdir yang harus diterima. Kemudian dengan segala upaya menikmati penderitaan tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah perjuangan hidup.
Perempuan sebenarnya memiliki hak dan kemampuan untuk melawan semua itu. Dia bisa mempertanyakan atau bahkan menggugat berbagai hal yang ditimpakan kepadanya, norma yang telah mapan, tradisi yang diagamakan atau berbagi belenggu yang mengekang kaum perempuan. Bagi Padmini, hanya satu syarat yang dibutuhkan untuk melakukan semua itu, yaitu keberanian. Tetapi tidak banyak perempuan yang memiliki sifat seperti itu, bahkan bisa dibilang sangat langka. Butuh mental yang kuat untuk bisa berani menghadapi situasi apa pun. Agar perempuan bisa berdiri kokoh ketika banyak rintangan yang menghadang dan tidak mudah menyerah dengan berbagai macam halangan.
Sebagai cermin atas kenyataan hidup, kita akan melihat wajah asli ketika membaca buku ini. Di sini kenyataan tidak dibiarkan berlalu dan hanyut bersama waktu. Kenyataan oleh Padmini dilihat sebagai penggalan-penggalan kisah yang kaya makna dan masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Orang kebanyakan membiarkan penggalan kehidupan itu datang dan pergi begitu saja, tetapi bagi Padmini setiap penggalan kehidupan dia simpan, dia catat kemudian disusun menjadi sebuah potret kehidupan yang utuh. Dari sinilah inspirasi muncul memancarkan hikmah yang bisa diambil oleh siapa saja yang mau membaca. Dengan demikian, buku ini sebenarnya juga mengajarkan kepada pembaca agar memiliki kepekaan jiwa untuk melihat, membaca, dan menangkap makna dari setiap penggal kehidupan yang menjadi kenyataan.
Membaca buku ini kita akan hanyut dalam dialog jiwa jika membaca dengan penuh perasaan, menggunakan kedalaman jiwa dan hati serta memanfaatkan nalar kritis yang dimiliki. Karena buku ini adalah potret tentang realitas kehidupan yang lahir dari gejolak emosi seorang Padmini yakni Trie Utami. Jadi, sangat penting kiranya buku ini untuk dibaca dan dipahami secara lebih mendalam. Terlebih bagi kaum perempuan, yang mana buku ini merupakan pendobrak kehidupan perempuan untuk dapat memerdekakan dirinya dari beraneka macam kungkungan dan kelemahan diri yang ia hadapi.


J SEKIAN J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar