Disiplin itu Penting
Dua pekan telah usai kujalani masa
kuliah di semester genap ini. Awal masuk
bisa dibilang masih santai karena banyak dosen yang belum masuk kelas. Tetapi
di minggu ke dua dan seterusnya jangan harap bisa seperti awal-awal pertama
masuk. Sudah tumpukan tugas dan makalah mulai menyerbuku. Perlahan aku mulai
menyicilnya agar tidak terjebak dalam SKS (Sistem Kebut Semalam) seperti halnya
semester lalu. Iya, kali ini aku harus mulai belajar mengatur waktu dengan
sebaik mungkin. Agar tugasku bisa selesai tepat waktu dan hasilnya maksimal.
Semester ini tak dapat aku samakan dengan sebelumnya, karena mata kuliah yang diampu
tidaklah ringan dan perlu berfikir lebih berat lagi. Selain itu, dosen yang
mengajarpun tidak sama dengan semester kemarin, lebih serius dan disiplin lagi
tepatnya.
Awalnya sangat menegangkan bagiku
ketika harus diajar oleh dosen luar biasa seperti pak Teguh, pak Na’im, ataupun
dosen lainnya. Sebab sebelumnya aku telah mendapat suntikan kurang menyenangkan
dari teman-temanku yang sudah pernah diajar beliau. Ada yang bilang, “Pak Teguh
itu orangnya disiplin banget, kalo telat masuk kelas sesudah diabsen itu sama
dengan alfa. Terus makalah itu harus super sistematis. Kalo enggak suruh revisi
sampai benar. Selain itu, makalah juga harus sesuai dengan apa yang beliau
inginkan.” Kalau pak Na’im, “Setiap pertemuan pasti dikasih tugas, terus suruh
masukin ke blog, pokoknya ribet deh.”
Semula aku merasa takut saat beliau
pertama masuk, tapi seiring berjalannya waktu aku mulai bisa menikmati. Aku pun
merasa bahwa apa yang dibilang temanku itu terlalu berlebihan, karena pada faktanya
beliau juga enak saat mengajar dan mengasyikkan. Disiplin sih iya, tapi itu
memang pelajaran yang harusnya ditanamkan pada diri seseorang, terlebih lagi
bagi mahasiswa yang notabennya akademisi.
Dari situ aku tahu bahwa seseorang
tidak dapat mempercayai omongan orang lain tanpa adanya bukti yang nyata,
terlebih kalau menyangkut pautkan orang lain, bisa menimbulkan fitnah ataupun
kesalahpahaman yang bisa merugikannya. Untuk itu lebih berhati-hati saja buat
ke depannya dan tidak masuk ke lubang yang sama lagi. Justru dari pengajaran
dosen-dosen hebat itulah aku mendapat semangat untuk lebih maju dan banyak
pelajaran yang aku petik, termasuk kedisiplinan. Suatu hal penting yang belum
pernah ku terapkan karena aku termasuk orang yang santai dan menganggap remeh
suatu hal. Sehingga semester lalu tidak heran kalau aku sering
terpontang-panting mengerjakan makalah dadakan dan hasilnya pun masih
aca-acakan.
Mengawalinya tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan, sangat sulit dan membutuhkan usaha yang keras.
Terlebih lagi kalau terserang penyakit malas, rasanya seperti pupus harapan
untuk mengerjakan hal apapun. Satu kunci yang harus senantiasa diingat, dipaksa.
Karena dengan keterpaksaan tersebut akan menjadi terbiasa. Ingat sih selalu,
tapi kalau sudah praktik susahnya minta ampun. Padahal setahu aku orang yang
disiplin itu hidupnya enak, teratur, dan tidak ribet. Sebab dia bisa mengatur
jadwal kesehariannya dengan baik dan serapi mungkin. Tidak hanya pada jadwal,
tetapi hal lain juga dapat ditanganinya dengan baik.
Sudah seharusnya kedisiplinan itu
ditanamkan sejak dini oleh orang tua, karena saat itu lah karakter dalam diri
seseorang mulai dibentuk. Selain itu faktor lingkungan juga memberikan pengaruh
yang tidak kecil terhadap perkembangan karakter seseorang. Kalau sudah besar
begini sulit rasanya untuk memulai hal seperti itu, apalagi dengan lingkungan
yang sekarang ini. Jam karet (keterlambatan) sudah dianggap sebagai hal biasa dan
menjadi kebiasaan. Suatu kebiasaan buruk yang mestinya tidak pelu diterapkan,
terlebih lagi bagi mahasiswa yang sudah tidak perlu peraturan ketat sebagaimana
anak sekolah. Akan tetapi kesadaran dalam tiap individu masih sangat kurang,
termasuk juga aku.
Sebenarnya tidak ada suatu hal yang
mustahil jika seseorang yakin bisa melakukan dan berusaha mewujudkannya. Akan
tetapi, aku bukan tipe orang yang mudah diatur dan terlalu santai, terlebih aku
masih ragu untuk bisa melakukannya. Sudah lama aku menjalani hidupku dengan
kebiasaan yang begini, meski terkadang juga terselip dibenakku untuk bisa
seperti mereka yang hidupnya teratur dan terarah. Apalagi mereka yang mempunyai
sebuah impian dan bertekad keras untuk meraihnya. Suatu hal yang wow bagiku
ketika melihat mereka berhasil mewujudkannya, sebab itu bukan hal yang mudah.
Banyak rintangan menghadang di tengah perjalanan yang harus ditempuh dan mereka
sanggup melaluinya. Sebuah pelajaran yang terlihat ringan tetapi sangat
berharga dan perlu kiranya untuk diterapkan bagi tiap individu. Karena
perubahan adalah dimulai dari sendiri, dari hal yang terkecil. Aku akan
memulainya secara perlahan, sebab segala sesuatu itu membutuhkan proses dan aku
juga ingin bisa meraih impianku. Jadi, semangat juga buat kalian yang mau
melakukan hal itu. Semoga apa yang menjadi impian kita bisa tercapai. Sampai di
sini dulu kawan, tunggu aku di cerita berikutnya. Sampai jumpa di lain waktu. Always
spirit, smile and positive thinking. You must believe, you can do it. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar